Dosen Pendidikan Biologi Mengikuti Seminar Budidaya Dan Bisnis Kurma di Sabila Farm Jogja

Jogjakarta, 22 Oktober 2017
Dosen Program studi pendidikan biologi telah mengikuti seminar budidaya dan bisnis kurma di sabila farm jogja pada minggu, 22 Oktober 2017. dengan pembicara dari Prof. Abdulrahman S. Aldawood dari King Saudy University dan Sukirno Miharjo,S.Si, M.Sc, Ph.D. dari Universitas Gadjah Mada. Seminar ini diikuti oleh 50 peserta dari seluruh Indonesia mulai dari kalangan peneliti, praktisi, pengimpor, pedagang, dan petani kurma. Prodi. Pendidikan Biologi FKIP UMS diwakili oleh 8 dosen yaitu Dra. Titik Suryani, M.Sc, Rina Astuti, S.Pd, M.Pd, Endang Setyaningsih, S.Si., M.Si., Putri Agustina, S.Pd., M.Pd., Lina Agustina, S.Pd, M.Pd., Siti Kartikasari, S.Pd, M.Pd., Ima Aryani, S.Pd, M.Pd., dan Rivky Arif Rahmat, S.Pd, M.Pd.
Kebutuhan masyarakat Indonesia akan kurma saat ini sangat besar melalui import, belum yang dibawa sebagai oleh-oleh dari 1 juta jamaah umroh dan 220.000 jamaah haji setiap tahunya. Di sisi lain, kebutuhan tersebut dipenuhi dengan impor mengimpor kurma dari Tunisia, Arab Saudi, Iran, Mesir dan Amerika serta beberapa negara Timur Tengah lainya.
Dalam kegiatan seminar tersebut di jelaskan beberapa hal penting dalam budidaya kurma melalui 3 cara yaitu (1) kultur jaringan, kekurangannya adalah membutuhkan biaya yang besar untuk pengadaan, namun dengan teknologi ini dapat dideteksi sejak dini kurma jantan atau betina (2) biji (seed), kekurangan pohon betina dan jantan bisa dideteksi setelah mulai berbunga namun biayanya lebih murah dan buah kurma yang dihasilkan lebih manis (3) anakan, dilakukan dengan cara memisahkan anakan dari induknya setelah berumur 3 tahun dengan indikator memiliki akar napas dan induknya berumur 10 tahun atau apabila lingkar batang semunya lebih dari 30 cm. Tanaman kurma mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun, bahkan beberapa varietas mulai pada umur 2,5 tahun, namun secara optimum setelah berumur 10 thn. Saat ini polinasi pada kurma masih dilakukan secara buatan karena belum diketahui ada serangga penyerbuk yang efektif. Selain itu masa anthesis bunga jantan seringkali lebih awal dibandingkan masa reseptif bunga betina. Tanaman kurma yang berkembang selama ini sudah lebih dari 1000 kultivar dengan karakter yang bervariasi antar kultivar terutama pada karakter buahnya pada beberapa fase tingkat kematangan. Secara umum, fase buah pada kurma ada 5 yaitu Hababouk, Khimri, Khalal, Ruthab, dan Tamr. Pada fase Khimri, buah belum bisa dikonsumsi dan hanya digunakan untuk pengobatan rasanya masih pekat (buah masih berwarna hijau). Buah mulai bisa dikonsumsi pada fase Khalal, Ruthab, dan Tamr tergantung kultivarnya. Perubahan dari fase Khalal ke Ruthab membutuhkan kondisi temperatur yang lebih tinggi. Iklim tropis di Indonesia menyebabkan buah kurma hanya pada fase Khalal. Salah satu varietas yang rasanya manis meskipun masih pada fase khalal yaitu varietas Barhee sehingga varietas ini memiliki kemungkinan untuk dikembangkan di Indonesia.
Untuk itu pengembangan kurma di Indonesia, selain pemilihan kultivar kurma yang cocok, perlu juga dipelajari daerah yang agroklimatnya sesuai dengan kurma. Untuk merangsang pembungaan pada kurma membutuhkan iklim dengan fase yang jelas antara kemarau dan hujan. Selain itu tekstur tanah yang lebih berpasir lebih cocok untuk pengembangan kurma. Tanah yang terlalu lembab dan kaya humus memungkinkan hama Lepidiota stigma pada fase larva menyerang dan merusak akar. Meskipun demikian pemupukan dan penyiraman juga perlu dilakukan terutama setelah panen. Hama utama lain yang biasanya menyerang tanaman kurma umumnya sama dengan hama utama
Dosen Pendidikan Biologi Fkip UMS sangat bersyukur mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam kegiatan tersebut dan mendapatkan ilmu dalam mengembangkan penelitian dalam hal budidaya kurma.

[wzslider autoplay=”true”]